Museum Subak adalah destinasi wisata edukatif destinasi wisata edukatif yang menyajikan informasi yang berkaitan dengan sistem irigasi (pengairan) sawah tradisional Bali yang disebut Subak. Museum Subak diresmikan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingat I Bali, Prof. Dr. Ida Bagus Mantra, tanggal 13 Oktober 1981. Museum ini terletak di Jalan Gatot Subroto,Banjar Dinas Sanggulan,Desa Banjar Anyar, Kecamatan Kediri, Tabanan, Bali. Museum ini didedikasikan untuk melestarikan dan memperkenalkan sistem pertanian tradisional Bali yang dikenal dengan nama "Subak"—sebuah organisasi sosial agraris yang telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia pada tahun 2012. Museum ini merupakan museum khusus tentang sistem pertanian di Bali berciri khas kemandirian atas landasan kekal Tri Hita Karana, konsep keseimbangan dari tiga penyebab kebahagiaan (Tuhan, manusia dan alam).
Gagasan tentang pendirian Museum Subak diprakarsai oleh I Gusti Ketut Kaler sejak tahun 1975. Ia memiliki ide untuk melestarikan salah satu warisan budaya di Kabupaten Tabanan yaitu lembaga tradisional yang disebut subak. Pada dasarnya subak (metode sistem irigasi air) telah ada di Bali sejak zaman bali kuno abad ke-11, dan masih berkembang saat ini, yang merupakan pencerminan identitas dengan karakteristik filsafat dasar "Tri Hita Karana", yaitu konsep keseimbangan dari tiga penyebab kebahagiaan (keseimbangan antara sesama manusia (Pawongan), harmoni antara manusia dengan alam (Palemahan), dan keseimbangan antara manusia dengan Tuhan (Parahyangan). Pada Oktober 1981 Museum Subak diresmikan oleh Gubernur Bali kala itu, Prof. Ida Bagus Mantra.
Dengan pesatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa hal itu juga akan mempengaruhi keberadaan Subak, dan jika hal ini terjadi pasti semua alat-alat tradisional akan cepat berubah, sehingga akan sulit untuk melacak dan memasang kembali semua peralatan yang telah digunakan dalam kehidupan tradisional agraris di Bali, khususnya kehidupan pertanian subak itu sendiri. Perubahan itupun juga akan mempengaruhi rumah tradisional bali, yang mengikuti konsep Hindu Bali tentang tata ruang yang biasa dikenal dengan konsep "Asta Kosala-Kosali dan Asta Bumi", kemudian ide ini akhirnya menyadari bahwa keberadaan Subak sangatlah penting, yang kemudian ide ini menjadi konsep untuk pendirian Museum Subak. Dasar munculnya ide ini juga adalah untuk menjaga Subak sebagai semacam warisan budaya.